Afiliasinews.com, Biografi – Biografi Pendidikan Nurlelah, S.Pd.I, M.Pd lahir di Serang, 17 Mei 1985. Putri pertama dari 7 bersaudara. Beliau memulai pendidikan di SD Negeri Sempu Bojonegara (1992–1998), kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bojonegara (1998–2001), dan tingkat Madrasah Aliyah (MA) di Darul Muttaqin Bojonegara (2001–2004).
Pada tingkat Sarjana (S1) melanjutkan di Institut Agama Islam Banten (IAIB) Serang jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) (2005–2009). Lalu sebelas tahun kemudian beliau melanjutkan Studi Magister S2 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Prodi Manajemen Pendidikan Islam (2020–2022), dan pada Tahun 2022 sampai saat ini beliau sedang melanjutkan Studi S3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten Prodi Manajemen Pendidikan Islam.
Selain itu, beliau juga aktif di berbagai Organisasi semasa kuliahnya yaitu menjadi Wapresma BEM (wakil presiden mahasiswa) di IAIB (2007–2008), kemudian menjadi Ketua Umum KOHATI HMI Cabang Serang (2008–2009), dan menjadi Sekretaris Umum Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial (LKKS) Kabupaten Serang (2018 – 2023).
Beliau pula pernah menjadi Ketua Umum Persatuan Guru Nahdhotul Ulama (PERGUNU) Kecamatan Kramatwatu (2022–2026), dan Pengurus Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdhotul Ulama (LKKNU) Kabupaten Serang (2023–2027).
Perjalanan Hidup
Terlahir dari keluarga yang sederhana dan orang tuanya berwirausaha dalam bidang makanan yang hanya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi dilingkungan sekitar cukup dihormati dan menjadi panutan. Ia dikenal sangat baik kepada siapapun dan selalu merangkul orang yang sedang kesulitan.
Bu Nurlelah mempunyai saudara sambung (laki – laki) yang sudah di anggap sebagai saudara kandung, yang selalu mengajarkan untuk membangun keluarga yang saling membantu. Dilingkungan keluarga beliau sama sekali belum terdorong ke dalam bidang akademis, karena saudara-saudaranya lebih banyak menimba ilmu di pesantren dan beliaulah orang pertama dikeluarganya yang memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Mulai dari sekolah (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) beliau hanya seorang murid biasa karena lebih banyak membantu orang tuanya berjualan.
Sebelum berangkat sekolah Bu Nurlelah
selalu menawarkan dagangannya terlebih dahulu dengan berkeliling dari kelas ke
kelas. Lalu, dilanjutkan saat beliau SMP berkeliling menawarkan dagangannya, kemudian setelah pulang sekolah disekitar lingkungan rumahnya.Karena dagangan ibunya beliau terkenal dengan kuenya yang enak.
Pada tingkat Madrasah Aliyah (MA), beliau mulai memikirkan untuk mencari pengalaman baru dan ingin mempunyai cita-cita. Sehingga, melihat peran guru yang sangat penting pada masa itu, ia mendapatkan pencerahan untuk dapat memiliki cita-cita yang tinggi walaupun belum ada saudara-saudaranya yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ditingkat itulah Bu Nurlelah mendapatkan banyaknya prestasi berkat motivasi dan dukungan dari guru-gurunya serta tidak lupa pula untuk tetap membantu orang tuanya dengan mulai membawa jualannya ke sekolah setiap pagi. Hal itu, terjadi semasa beliau duduk dibangku Kelas 2 Aliyah.
Bu Nurlelah selalu membawa 2 kantung yang berisikan nasi uduk dan gorengan. Beliau memiliki motivasi untuk menabung karena setelah lulus ingin melanjutkan untuk masuk ke perguruan tinggi.
Pada masa itu, Nurlelah memiliki teman baik yang bernama Maesaroh. Ternyata temannya juga memiliki cita-cita yang sama yaitu ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, akan tetapi terkendala ekonomi yang tidak mencukupi. Hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk berjualan bersama serta menjadi partner berjualan di sekolah.
Dalam berjualan mereka sepakat, temannya untuk membawa es dan cilok sedangkan Bu Nurlelah sendiri membawa nasi uduk dan bakwan.
Setiap hari Nurlelah mulai berjualan sekitar pukul 05.00 pagi (setelah sholat subuh). Beliau keluar dari asrama setiap paginya dengan dagangannya yang sudah dikemas dan seragam sekolah dimasukkan ke dalam tas. Kemudian beliau memakai baju biasa terlebih dahulu dan pergi ke pondok untuk menawarkan kepada anak-anak SMP yang ingin sarapan.
Setelah itu, baru berangkat ke gedung sekolah dengan beberapa dagangannya untuk ditawarkan kepada teman-teman kelasnya yang selalu pulang pergi dan tidak sempat untuk sarapan.
Biasanya beliau menawarkan dagangannya kepada teman-temannya pada malam hari untuk dibawa keesokan paginya.
Hal tersebut, beliau jalani sekitar dua tahun sampai menjelang kelas tiga untuk ujian baru beliau berhenti berdagang karena ingin fokus untuk ujian. Selama itu, Nurlelah konsisten untuk bisa menabung.
Jadi, hasil dari jualan tersebut disimpan untuk menabung dan sisanya disetorkan kepada ibunya. Pada masa itu, terkadang Nurlelah merasa tidak percaya diri ketika melihat anak-anak SMA yang lewat depan sekolahnya berpakaian rapih, wangi dan cantik. Sedangkan beliau setiap paginya harus membawa dua kantung berisikan dagangannya.
Ditengah kesibukannya berjualan, Nurlelah dan teman baiknya yaitu Maesaroh ini ternyata menjadi ketua osis dan wakil ketua osis.
Keduanya selalu berusaha membagi waktu untuk menyelesaikan program-program organisasi dan memikirkan bagaimana caranya agar dagangannya harus tetap habis.
Keduanya itu selalu berangkat paling pagi dan pulang paling terakhir, karena setelah itu harus mengikuti rapat osis untuk menyiapkan kegiatan di sekolah. Hingga akhirnya menjelang masa ujian, Nurlelah mendapatkan kabar duka kalua teman baiknya yaitu Maesaroh meninggal dunia.
Disituasi itu beliau merasa kehilangan teman baik yang selalu berjuang bersama untuk menggapai cita-cita dan selalu menjadi teman berjualan keliling dari kelas ke kelas sampai bisa dikenal dengan seluruh siswa di sekolah. Guru-guru pun sempat khawatir akan keadaan beliau yang ditinggalkan oleh teman baiknya, tetapi beliau bisa bangkit dan yakin untuk terus menggapai cita-citanya dan cita-cita temannya.
Hari demi hari beliau jalani sampai akhirnya lulus dari Madrasah Aliyah dan menjadi lulusan terbaik. Lalu kembali pada cita-cita awalnya yang ingin berkuliah, awalnya ibu beliau khawatir tidak bisa membiayai karena ekonomi saat itu, tetapi Mame yaitu ayah beliau selalu menyemangati dan percaya kalau rezeki untuk pendidikan itu pasti selalu ada, dan Nurlelah sendiri pun memiliki cukup tabungan dari hasil berjualan semasa beliau sekolah. Mulai dari sinilah dirinya memantapkan hati untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Prinsip hidup untuk pendidikan
Tiba saat pendaftaran perguruan tinggi dibuka, Nurlelah masih memikirkan bagaimana agar bisa tetap kuliah tetapi selama kuliah itu beliau bisa sambil bekerja, karena beliau tetap khawatir tentang biaya untuk kuliah tersebut.
Sampai akhirnya beliau diajak oleh temannya untuk kuliah di STKIP Banten dengan jurusan Matematika yang kuliahnya hanya Hari Jumat dan Sabtu, jadi bisa sambil bekerja pada hari Senin-Kamis. Hal tersebut disetujui Nurlelah untuk kuliah di STKIP Banten yang direkomendasikan oleh temannya. Dan orang pertama yang membantu pembayaran tersebut adalah Kakak sambung (laki-laki ) beliau,
karena kakak beliau tidak mau melanjutkan untuk kuliah serta lebih memilih melanjutkan ke pesantren. Bantuan itu sangat berarti bagi Bu Nurlelah dan masih teringat sampai sekarang.
Selama menjalani kuliah di STKIP Banten, Nurlelah mencoba melamar pekerjaan dibeberapa perusahaan yang terkenal di Banten, tetapi sampai dua semester
kesempatan untuk bekerja itu tidak kunjung datang dan selalu gagal.
Selama 2 semester itu pun beliau merasa kuliahnya tidak ada perkembangan dan mulai tidak nyaman untuk menjalaninya. Gambaran semasa kuliahnya tidak sesuai dengan yang ia pikirkan semasa Aliyah dulu.
Pada akhirnya beliau memilih untuk berhenti karena selama itu beliau selalu menjadi tempat untuk teman-temannya mencontek jawaban ujiannya. Sehingga, ia berpikir kalau beliau kuliah itu bukan hanya sekedar untuk ijazah dan gelar saja, beliau berpikir harus mempertanggung jawabkan ilmu tersebut agar tidak disalah gunakan kedepannya.
Setelah memutuskan untuk berhenti berkuliah teman–teman pun merasa kehilangan sosok beliau, dan salah satu teman beliau berkunjung ke rumahnya untuk membujuk meneruskan kuliahnya.
Keputusan itupun awalnya ditentang dan dipertanyakan oleh kedua orang tuanya kenapa beliau berhenti kuliah padahal hal tersebut yang sangat di idam-idamkan selama ini. Namun beliau tetap teguh pada pendiriannya untuk berhenti kuliah dan berencana untuk pindah saja serta mencari kampus baru yang tetap bisa kuliah sambil bekerja.
Membangun Kerjasama
Di sela-sela menunggu tahun ajaran baru Nurlelah ditawarkan oleh kakak kelasnya untuk mengajar secara sukarela sebagai guru Matematika di MTs Bany Tsamin Kramatwatu yang baru dibangun oleh kakak kelasnya tersebut.
Awalnya dirinya sempat ragu karena beliau kuliah di jurusan matematika hanya sampai dua semester saja, akan tetapi kakak kelasnya itu selalu meyakinkan kalau beliau mampu dan percaya kalau beliau bisa mengajar.
Setelah berpikir panjang, akhirnya beliau menyetujui untuk mengajar di sekolah tersebut secara sukarela untuk mencari pengalaman dan menunggu tahun ajaran baru. Dirinya sangat senang bisa mengajar di sekolah tersebut karena mengingatkannya pada masa-masa ia menjadi OSIS, mengajar dengan maksimal dan menikmati setiap proses yang ada dengan senang hati.
Seiring berjalannya waktu tibalah saat pembukaan kampus tahun ajaran baru, tetapi beliau tidak ingin meninggalkan sekolah tersebut.
Jadi Nurlelah mulai mencari kampus yang jam kuliahnya dimulai dari siang hari sehingga beliau bisa tetap melanjutkan untuk terus mengajar. Setelah proses mencari beberapa kampus, beliau menemukan kampus Institut Agama Islam Banten (IAIB) dimana jadwal kuliahnya cocok karena masih tetap bisa mengajar dan menjalani perkuliahan seperti yang diinginkan.
Akan tetapi beliau kembali dilema karena
tidak ada jurusan matematika sesuai dengan minat beliau sebelumnya, yang ada hanya jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Hal ini menjadi kebimbangan kembali di hati beliau karena menurut orang-orang yang memberikan saran katanya jurusan PAI itu jurusan yang sudah banyak lulusannya yang tidak terpakai dan banyak yang tidak bekerja.
Kendati demikian, beliau pun berpikir jika harus mengambil jurusan selain PAI, beliau harus mengikuti kelas yang dimulai pada pagi hari dan jelas saja beliau harus meninggalkan kegiatan mengajar di sekolah tersebut.
Setelah proses kebimbangan yang panjang, akhirnya Bu Nurlelah mendapatkan petunjuk dari Allah untuk tetap mengambil jurusan PAI tersebut. Beliau berpikir kenapa harus bingung dalam memilih jurusan sedangkan tujuan
berkuliah itu untuk terus menuntut ilmu dan PAI pun jurusan yang mempelajari tentang Agama Islam yang dimana agama tersebut dianut oleh beliau.
Jurusan tersebut pun dapat membantu beliau untuk belajar lebih dalam tentang agama Islam. Beliau selalu mempertanyakan kenapa beliau harus takut setelah lulus tidak bekerja,
takut ilmunya tidak terpakai, dan khawatir akan masa depan yang sudah jelas ada Allah Swt yang selalu membantunya.
Akhirnya beliau memantapkan diri dan yakin untuk mengambil jurusan PAI dan mempersiapkan semuanya kepada Allah.
Selama berkuliah di IAIB beliau mendapatkan banyak keberkahan dan kebahagiaan dalam menjalaninya. Beliau menjadi sejarah di kampus IAIB sebagai Wakil Presiden Mahasiswa (wapresma) perempuan pertama di organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Beliau bersyukur, hal yang ia tidak dapatkan di STKIP itu bisa ia dapatkan di IAIB. Melalui organisasi BEM tersebut, beliau banyak menyelenggarakan seminar, diskusi dan kajian islam.
Selain menjadi anggota BEM, Bu Nurlelah pun mengikuti organisasi eksternal kampus. Pada organisasi tersebut beliau dipercaya untuk menjadi Ketua Umum KOHATI HMI Cabang Serang yang dimana organisasi tersebut beranggotakan seluruh perwakilan kampus yang ada di Provinsi Banten.
Melanjutkan Pendidikan Tertinggi
Pada masa-masa kuliahnya di IAIB, Bu Nurlelah mendapatkan motivasi untuk terus melanjutkan kuliah S2 dan S3 nya. Saat itu beliau terinspirasi sekali oleh profesor perempuan yang menjadi narasumber di seminar nasional yang dimana beliau sebagai moderatornya. Kala itu beliau membayangkan kalau suatu saat beliau menjadi profesor seperti narasumber tersebut.
Cita-cita itu sudah tumbuh sejak beliau berada di perkuliahan semester 3 dan setelah selesai seminar tersebut beliau semakin semangat untuk berkuliah. Banyak yang bilang kalau anak organisasi itu lulusnya akan terlambat karna kesibukan, sehingga beliau ingin membuktikan bahwa hal itu tidak benar.
Beliau berpikir kalau kita melakukan pengabdian kepada kampus kenapa kita harus menjadi orang yang tertinggal. Dengan pemikiran tersebut, beliau mulai menyiapkan strategi jika ada kelas dan kegiatan kampus disaat yang bersamaan dengan cara selalu mengkomunikasikan dengan dosen dari jauh-jauh hari untuk meminta izin tidak mengikuti kelas dosen tersebut.
Walaupun memang tidak semua dosen bisa memberi pengertian tetapi setidaknya beliau selalu berinisiatif untuk mendatangi dosen tersebut terlebih dahulu, sehingga dosen tahu jika beliau tidak hadir sudah jelas kemana.
Hal itulah yang menyelamatkan beliau dari anggapan semua orang bahwa aktif di organisasi itu bisa terlambat lulusnya, karena sebenarnya hal itu bukan karna aktivitas atau organisasinya tapi bagaimana orangnya dan niatnya. Satu lagi yang menginspirasi beliau untuk selalu konsisten dalam menjalankan kuliah yaitu saat stadium general ada sambutan dari profesor serta saat dipanggilnya mahasiswa berprestasi untuk melakukan sambutan.
Hal itulah yang membuat beliau yakin dan membayangkan kalau beliau suatu hari nanti akan lulus dan melakukan sambutan sebagai mahasiswa berprestasi. Melalui motivasi tersebut Bu Nurlelah berprinsip untuk menjadikan kuliah menjadi yang utama, tetapi tetap mengikuti organisasi dan mengajar di sekolah pun tidak ditinggalkan.
Singkat cerita keberkahan selalu menyertai beliau di IAIB tersebut karena Allah selalu memberikan apa yang beliau harapkan disana. Semangat beliau dalam berorganisasi dan diberikan kedudukan yang luar biasa di organisasi, serta menjadi mahasiswa berprestasi membuat beliau dipercaya saat wisuda untuk melakukan sambutan di podium yang sebelumnya ia bayangkan saat stadium general yang lalu.
Hasil wisuda tersebut dicetak melalui kaset yang diberikan kepada seluruh wisudawan, di kaset tersebut tercetak cover foto beliau yang berada di tengah dengan di samping kiri dan kanannya adalah rektor dan profesor yang mengisi stadium general yang lalu. Hal itu sangat membuat beliau terharu dan motivasi
untuk menjadi profesor semakin besar.
Sebenarnya tidak mudah bagi beliau untuk bisa langsung melanjutkan pendidikan S2 nya karena sebelum wisuda S1 beliau sudah dilamar oleh laki-laki yang beliau temui di sekolah tempat beliau mengajar dan kedua orangtua beliau pun menerima lamaran tersebut.
Pada masa itu, beliau belum pernah menyampaikan kepada siapapun termasuk orang tuanya kalau beliau ingin melanjutkan S2 tetapi harapan itu masih terus dijaga selalu hingga akhirnya beliau menikah dengan
suaminya yang merupakan salah satu yang punya yayasan sekolah MTs Bany Tsamin Kramatwatu tempat beliau mengajar, sehingga setelah menikah beliau dan suaminya fokus untuk membangun yayasan tersebut. Hal itu menjadi alasan beliau harus menggu lama untuk bisa melanjutkan pendidikan S2 nya.
Pada tahun 2009, setelah lulus dan menikah dilanjutkan dengan membantu keluarganya untuk mengurus Yayasan, dan diberikan kepercayaan oleh Allah untuk dikaruniai 4 orang anak.
Ditengah kesibukan tersebut tidak memudarkan sedikit pun prinsip Bu Nurlelah untuk tetap melanjutkan cita-cita yang sudah lama ia dambakan yaitu untuk melanjutkan studinya. Akhirnya setelah melahirkan anak ke-3, Bu Nurlelah mulai berbicara kepada suaminya untuk meminta izin melanjutkan S2 tetapi saat itu menurut suaminya belum saatnya.
Hingga akhirnya pada tahun 2020 setelah beliau melahirkan anak ke-4, Bu Nurlelah mulai meminta izin kembali kepada suaminya karena beliau sekarang mengurus yayasan hal itu dirasakan masih membutuhkan ilmu untuk pengembangan kedepannya. Dan setelah berpikir panjang suami Bu Nurlelah pun mengizinkan beliau untuk melanjutkan pendidikannya. Setelah menunggu 11 tahun lamanya serta banyaknya suka duka yang dilalui sampai akhirnya bisa berada di titik ini. Titik terendah yang beliau rasakan itu pada tahun 2019 dimana saat melahirkan anak ke 4, Bu Nurlelah mengalami kondisi kritis dan anaknya meninggal dunia. Hal tersebut membuat kondisi beliau terpuruk karena bagaimanapun perasaan seorang ibu yang ditinggalkan oleh anaknya.
Tetapi dibalik ujian tersebut ada hikmah yang luar biasa yaitu restu dari suaminya untuk bisa melanjutkan pendidikannya, jadi beliau bisa melanjutkan S2 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Pada masa tersebut Bu Nurlelah berusaha mencari kesibukan dengan terus belajar dan mencari ilmu untuk mengalihkan kesedihannya sehingga akhirnya bisa lulus tepat waktu setelah 2 tahun di UIN. Saat hanya tinggal menunggu waktu untuk sidang, beliau bertemu dengan profesor yang menawarkan untuk mengajar S1 di UIN.
Profesor tersebut menawarkan kepada Bu Nurlelah untuk menjadi dosen pengganti dimana dosen sebelumnya sedang proses pemberkasan guru besar, beliau diminta untuk mengajar di Fakultas Ushuluddin mata kuliah Ulumul Qur’an. Professor tersebut juga meyakinkan bahwa beliau dapat memberikan ilmu dan mampu mengajarkan dasar tentang Al-Qur’an yang sudah beliau pelajari ketika S1.
Lalu mulailah beliau mengajar di UIN dan ternyata beliau merasakan kenyamanan saat mengajar mahasiswa, dimana menurut beliau sarana dakwah itu lebih tepat kepada mahasiswa karena menurut beliau bahwa mahasiswa itu sudah mampu untuk berpikir dan penerapannya dikembalikan kepada mahasiswa kembali mau atau tidaknya menerapkan ilmu tersebut Ibarat kata seperti bangku yang hanya tinggal memoles saja apa yang bagian luarnya.
Berbeda dengan siswa MTs atau SMA yang masih susah untuk di arahkan karena masih dalam masa proses mencari jati diri. Keberkahan itulah yang membuat beliau memiliki alasan yang kuat untuk meminta izin kepada suaminya untuk melanjutkan pendidikan S3.
Lalu tanpa berpikir lama suaminya pun langsung memberikan restu untuk melanjutkan pendidikan S3 yang masih dijalaninya sampai sekarang.
Tidak lama dari menjalani kuliah S3 sambil mengajar di UIN, beliau mendapat kesempatan untuk mengajar di Universitas Pamulang (UNPAM) PSDKU Serang atas rekomendasi temannya yang menginformasikan sedang dibutuhkan dosen Pendidikan Agama Islam. Kesempatan itupun diterima Bu Nurlelah yang kemudian dijalaninya sampai saat ini.
Catatan Akhir
Dari perjalanan Bu Nurlelah kita dapat menyimpulkan bahwa untuk menjaga intensitas pendidikan kita adalah terletak pada diri sendiri itu terlebih dahulu karena perubahan kita bukan ada ditangan orang lain. Jika dari diri kita sendiri mau berusaha semesta akan membantu, apalagi kalau niat kita baik maka kita akan dikelilingi oleh orang-orang baik yang akan membantu kita.
Maka dari itu benar sekali kalau kata Allah
“Allah itu tidak akan merubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya” (Qs. Ar-Rad : 11).
Artinya bahwa perubahan itu terletak pada diri sendiri, termasuk pada pendidikan kita mau sampai mana yang pada akhirnya satu persatu Allah berikan kemudahan untuk kita mencapainya.
Maka dari itu kita jangan pernah membatasi aktivitas belajar hanya karena suatu hambatan yang akan terjadi nanti, “Allah tidak akan membawa kita sejauh ini hanya untuk gagal”.
Iman harus menjadi landasan utama kita, jika kita tidak belajar atas kesabaran dan keyakinan kepada tuhan maka tidak ada kebajikan dalam niat baik itu sehingga pupus ditengah jalan, dengan niat yang lurus karena Allah maka kita tidak usah khawatir tentang hasil, dan menurut beliau kehidupan itu adalah belajar, tergantung dengan kesempatan kita jika Allah memberikan kesempatan pada Pendidikan formal berarti itu sebuah karunia yang harus kita syukuri, jangan berkecil hati jika kita tidak diberikan kesempatan pada Pendidikan formal karena kita bisa belajar pada media lain, dengan kita dipercaya untuk menimba ilmu pada Pendidikan tertinggi, disitu berarti Allah mengembankan amanah kepada kita untuk membantu dan bertanggung jawab kepada saudara perempuan kita yang lain.
Penulis : Githa Cahyani, Keshya Aulia Febriani, Alya Nur Azizah (Prodi: Manajemen, UNPAM Serang)
Kisah yang Sangat memotivasi terutama untuk kalangan anak muda yang ingin mengejar cita2nya , yang ingin mengejar pendidikan setinggi tingginya
Bagus sekali, sangat termotivasi oleh ceritanya🤗❤
Artikel nya sangat memotivasi banget , pastinya sangat bermanfaat bagi yang membacanya
Jangan pernah berhenti untuk menghujudkan mimpi,”jika gagal bangkit ubah cara mu tetapi jangan ubah mimpi mu” artikel nya bagus dan sangat mengispirasi kita semua
Sangat bermanfaat sekali
Terima kasih sudah mampir di laman redaksinews 🤭
keren sekaliii ibuu😍🤍
Masyallah sukses terus ibu
Bahkan beliau menjadi sang motivator untuk adik adiknya
Terimaksih teteh🤍