Bandung, Afiliasi ews.com — (10/2) Bagi masyarakat tanah Sunda tentu sudah tidak asing lagi mendengar jajanan berbahan dasar aci seperti cimol, cireng, cilok, dan lain sebagainya.
Camilan ini bisa ditemukan di mana pun dengan harga yang sangat terjangkau. Tak heran, makanan dengan tekstur kenyal-kenyal gurih ini memiliki tempat tersendiri di hati kalangan pecinta kuliner.
Selain itu, jajanan-jajanan tersebut juga cocok disantap di berbagai suasana. Misalnya baso aci yang pas dimakan selagi hangat saat hujan, cireng hangat yang cocok dimakan bersama teman waktu bersantai, atau cilok yang mantap disajikan dengan saus kacang sebagai pengganjal perut sepulang sekolah.
Dikutip dari AyoBandung.com, camilan dengan bahan utama tepung aci selalu menjadi primadona jajanan kaki lima tanah Sunda.
Baca juga: Katuran Dahar, Destinasi Wajib Bagi Pecinta Kuliner Kota Serang
Tetapi pertanyaan kemudian hadir, dari sekian banyak jajanan populer khas Sunda, mengapa tepung aci sering digunakan sebagai bahan utama?
Dalam bahasa Sunda, Aci Sampeu biasa dikenal juga sebagai tepung kanji, merupakan tepung yang terbuat dari ekstrak pati endapan air perasan singkong yang dikeringkan. Tepung aci berwarna putih bersih dengan tekstur halus cenderung licin. Jika diolah dengan air, tepung ini akan berubah menjadi kenyal dan sangat lengket.
Menurut Dewi Turgarini, seorang pakar wisata warisan budaya dan gastronomi Indonesia, dikutip dari salah satu media nasional, dari hasil penelitiannya yang dilakukan di Desa Cibuluh, Sumedang, menyimpulkan bahwa nenek moyang masyarakat sunda sudah menciptakan tepung aci sejak 200 tahun yang lalu. Itu terjadi saat Belanda pertama kali menyebarkan bibit singkong ke Indonesia.
Kemudian pada awal abad ke-20, seiring dengan adanya peningkatan penduduk di pulau Jawa, jumlah pengonsumsian singkong pun mengalami peningkatan pesat. Sulitnya mendapatkan beras saat itu menjadi faktor utama mengapa masyarakat lebih memilih singkong sebagai bahan pangan pokok.
Faktor lain meningkatnya produksi singkong juga dipengaruhi dari tata cara budidayanya yang mudah. Kelimpahan jumlah singkong pada saat itu, membuat masyarakat Sunda berinisiatif mencari alternatif dalam mengolah singkong, salah satunya menciptakan tepung aci.
Baca juga : Jangan Keliru, Inilah Perbedaan Rambutan dan Leci
Cara itu digunakan untukmenghindari kebosanan akan singkong yang hanya dapat diolah dengan dibakar, dikukus atau digoreng pada saat itu.
Tentu kita harus berterima kasih atas kreativitas nenek moyang terdahulu. Jika tidak ada tepung aci, kita mungkin tidak bisa menikmati olahan bertekstur kenyal ini.
Seiring berjalannya waktu, kreativitas masyarakat terus berkembang hingga menghasilkan pelbagai kudapan lezat seperti cilok, baso aci, cireng, cimol dan olahan aci lainnya sampai terkenal keluar daerah. (Alya)